Kondisi Cagar Budaya Situs Candi Lemah Duwur Di Desa Getas Blora Memprihatinkan

Blora – DGNews | Menitik sejarah peradaban masa lampau. Kebupaten Blora merupakan daerah wilayah yang punya banyak catatan peninggalan sejarah masa lalu. Ternyata Blora juga menyimpan warisan dari masa klasik yang pernah terjadi di Indonesia, yaitu Situs Lemah Duwur yang terletak di Dukuh Lemah Duwur, Desa Getas, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora.

Situs ini dapat dikaitkan dengan perkembangan agama Hindu, khususnya Hindu Siwa. Hindu Siwa adalah sebuah agama Hindu yang menganggap bahwa Dewa Syiwa merupakan Dewa yang memiliki kedudukan paling tinggi. Kehidupan ini terjadi pada masa kerajaan Mataram Hindu dalam pemerintahan Teguh Dharmawangsa.

Reruntuhan peninggalan Imperium Majapahit di Situs Lemahduwur, Desa Getas Kecamatan Kradenan Kabupaten Blora kondisinya cukup memprihatinkan. Catatan terakhir, situs ini mendapatkan perhatian pemerintah pada 1997.

Tim pecinta cagar budaya Blora mengunjungi situs ini dan mendapati sejumlah artefak telah rusak. Diduga, kerusakan artefak tersebut karena ulah tangan jahil manusia, meski kerusakan akibat kondisi alam juga tak dapat dinafikan.

Di situs ini, terdapat prasasti batu berupa tulisan singkat dan gambar dua buah matahari (bintang), mirip simbol Kerajaan Majapahit (Surya Majapahit).

Tim Balai Arkeologi Yogyakarta, Gunadi Kasnowihardjo waktu itu pernah kelokasi situs tersebut mengungkapkan, berdasarkan kajian yang telah dilakukan MM. Sukarto Kartoatmodjo (ahli epigrafi/ ilmu membaca aksara kuna), prasasti tersebut dapat dibaca Raganaya atau Ragadaya yang bermakna bimbingan cinta atau kekuatan cinta.

Apabila dikaitkan dengan sengkalan atau candra sengkala prasasti tersebut menunjukkan angka tahun 1269 Saka atau tahun 1347 Masehi

Menurut survei di situs Lemah Duwur dijumpai peninggalan arkeologis berupa    :
Candi Lemah Duwur
Diperkirakan bahwa candi Lemah Duwur tersebut berlatar belakang keagamaan Hindu, khususnya adalah agama Hindu Siwa pada masa penguasaan kerajaan Mataram Hindu di Jawa Tengah. Sekitar 300 meter dari bangunan candi terdapat punden watu umpak. Di punden ini terdapat tumpukan batu alam dan beberapa batu pahatan. Sisa-sisa banguanan candi yang masih dapat dijumpai berupa balok-balok batu, kemucuk candi, dan relief Gana.
Kemucuk Candi
Benda yang terbuat dari batuan lokal ini merupakan bagian atas candi. Diperkirakan berasal dari abad X sampai dengan abad XIII M.
Duara Jala
Duara jala merupakan sejenis benda yang terbuat dari batu yang dahulu dimanfaatkan sebagai alat eksalasi air. Jenis batu yang digunakan adalah batu lokal seperti yang digunakan pada kemucuk candi dan relief gana.
Bende
Bende merupakan sebuah benda yang berwujud gong yang terbuat dari perunggu. Bende ini pada zaman kerajaan Mataram Hindu biasanya digunakan pada saat upacara pradaksina, yaitu sebuah prosesi ritual mengelilingi suatu objek, baik itu candi, gambar orang suci, patung orang suci, makam orang suci, atau sebagainya sebagai sarana untuk menghormati candi dan dewa. Bende ini dimainkan atau dibunyikan sebagai musik pengiring dalam pradaksina tersebut.
Relief Gana
Relief ini berbahan batu lokal yang dapat ditemukan pada Candi Lemah Duwur yang berfungsi sebagai konstruktif atau pemberi bentuk pada suatu bangunan. Terdapat sebuah pahatan yang menceritakan kehidupan masa lampau di daerah Lemah Duwur tersebut.

Dengan mencermati situs yang merupakan peninggalan Kerajaan Hindu-Budha, dapat kita ketahui bahwa Situs Lemah Duwur ini memiliki usia ratusan tahun dan adanya peninggalan-peninggalan arkeologis menjadi pertimbangan kelayakan situs ini menjadi media pembelajaran sejarah. Maka tidak diragukan lagi jika situs ini masuk dalam kategori benda cagar budaya mengingat usia dan keberadaannya sebagai saksi bisu adanya masa Kerajaan Hindu-Budha di Kabupaten Blora yang berperan dalam pengembangan ilmu sejarah. Tentunya siswa akan lebih tertarik belajar sejarah dengan mengunjungi dan mencermati langsung apa yang menjadi materi di pelajran sejarah itu sendiri.

Sayangnya Situs yang mempunyai nilai sejarah besar ini kondisinya kini tidak terawat perlu adanya perhatian dari pemerintah daerah.
(Tim Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *